Konflik adalah
nyawa sebuah cerita. Tanpa konflik, cerita akan hambar, dan tidak menarik.
Konflik dalam cerita bisa berwujud dalam banyak wajah.
Masalah, bagaimana
menyelesaikannya?
Perselisihan,
bagaimana mengatasinya?
Impian, bagaimana
mencapainya?
Cinta, bagaimana
memutuskannya?
Gangguan,
bagaimana menghilangkannya?
Berikut akan kami
ulas berbagai kesalahan penulis pemula dalam pembuatan konflik
a. Tidak
menghadirkan konflik
Kelemahan utama penulis pemula salah satunya adalah tidak menghadirkan konflik dalam karyanya.
Seandainya Cinderella mempunyai ibu tiri dan saudara tiri yang mendukung dan
membantunya berjodoh dengan sang pangeran. Serukah?
Untuk dosa dalam
konflik selanjutnya, coba kalian perhatikan penggalan cerita berikut.
Kini ia sadar
ternyata dukungan itu sangat mahal dan berharga. Dukungan apa? Dukungan dalam
apapun. Bukan hanya para calon pejabat yang haus akan dukungan hingga rela
merogoh kocek dalam-dalam. Namun segala hal dalam hidup memang perlu dukungan.
Perih hatinya saat tak mendapat dukungan untuk menempuh pendidikan di luar kota
karena kekhawatiran orangtua yang berlebihan. Beruntung, pamannya yang pandai berbicara mampu membujuk orang tuanya
hingga luluh meski memberinya izin dengan keterpaksaan. Batinnya semakin hancur saat dengan keras orangtuanya
menentang hubungannya dengan lelaki idamannya yang bahkan langsung
memilih untuk mengakhiri cinta yang telah lama mereka jalin. Berselang satu
minggu kemudian ia menerima sepucuk undangan pernikahan dari mantan pacarnya
yang dengan mudahnya berpindah hati pada wanita lain. Di tengah kegalauannya
antara menghadiri atau mengabaikan undangan itu, adiknya pergi dari rumah tanpa
sebab yang jelas. Akhirnya, ia pun memilih untuk turut meninggalkan rumahnya, dan tanpa disengaja ia bertemu dengan adiknya di
rumah makan di perbatasan kota.
Selain
berpikir harus ada konflik, penulis harus juga memilih konflik menarik untuk
diangkat ke dalam cerita. Konfliknya apa? Cinta tidak direstui seperti pada
contoh di atas? Selain “tidak menarik”, “tidak membangun rasa penasaran”, konflik pada
penggalan cerita di atas juga “terlalu
banyak” dan menyebabkan” konflik
menjadi tidak fokus dan tidak selektif”. Dosa-dosa tersebut selalu
menyerang penulis pemula sehingga plot dalam keseluruhan cerita tidak tergarap
dengan baik, kemudian akan berdampak pada “penyelesaian
konflik yang tidak memusakan”.
Tulisan di
atas menghadirkan beberapa peristiwa yang memilukan hati, namun “terlalu banyak kebetulan” tanpa lanjaran
dan detail yang kuat memberi kesan bahwa penulis mencari jalan mudah atas
konflik yang bahkan diciptakannya sendiri. Hal tersebut menunjukkan penulis
tidak piawai dalam membangun konflik sehingga pembaca mengalami kesulitan untuk
larut dalam alur karena penulis yang terlalu “seru sendiri”, hingga akhirnya pada cerita di atas “tidak ditemukan penyelesaian konflik” yang
jelas.
Nb: yang diberikan tanda kutip itulah
dosa yang dalam konflik yang sering dilakukan penulis pemula.
Nah sekarang coba bandingkan dengan
penggalan cerita yang sama, namun telah diperbaiki seperti berikut:
Meski kedekatan paman
dengan orangtuanya berhasil meluluhkan hati mereka untuk memberinya izin
sekolah di luar kota, perih di hati tak sepenuhnya surut karena izin itu penuh
dengan keterpaksaan. Undangan pernikahan dari mantan pacarnya semakin
memperparah kepiluannya. Jika Ayah dan Ibu merestui mereka, pasti
lelaki idamannya itu masih berada di sampingnya. Satu per satu masalah yang
datang membuatnya semakin tertekan dan memutuskan untuk pergi jauh dari kota
kelahirannya. Ia mengunjungi rumah makan langganan keluarganya, namun tanpa
sengaja ia bertemu dengan adiknya yang juga tengah kabur dari rumah. Cerita
sang adik menyadarkannya bahwa dirinya terlalu menutup diri karena timpaan
masalah hingga tak mengetahui peristiwa yang terjadi di luar dirinya.
Meski
konfliknya masih terkesan banyak, namun lanjaran-lanjarannya tampak lebih kuat
bukan?
Demikian materi dosa dalam konflik yang
sering kita lakukan bahkan tanpa kita sadari. Setelah mengetahui kesembilan
dosa tadi semoga kita bisa memperbaiki tulisan kita menjadi lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar