LOVE ENDS
UP SAD
Oleh : Dherysha
"Biarlah dia bahagia dengan
wanitanya yang di sana, dan aku akan selalu mencintainya disini, karena ku
tahu, aku tak pantas merusak mereka yang sedang jatuh cinta, dan aku tak akan
punya hati untuk berada diantara mereka yang sedang jatuh cinta, meskipun
wanita itulah yang merebutnya dariku."
•••
"Fendi!" Panggil Lista dari belakang, saat Fendi sedang berjalan melewati koridor kelas XI.
Lista Salsabilla namanya, perempuan cantik yang memiliki lesung pipi di kedua pipinya, dan memiliki rambut sebahu yang hitam pekat, tubuhnya pun juga ideal, memancarkan aura kecantikan di dirinya.
Dan juga Fendi Pratama, laki-laki bertubuh jangkung yang memiliki gigi gingsul dan kumis tipis, seorang pemain futsal yang sangat handal di sekolahnya.
•••
"Fendi!" Panggil Lista dari belakang, saat Fendi sedang berjalan melewati koridor kelas XI.
Lista Salsabilla namanya, perempuan cantik yang memiliki lesung pipi di kedua pipinya, dan memiliki rambut sebahu yang hitam pekat, tubuhnya pun juga ideal, memancarkan aura kecantikan di dirinya.
Dan juga Fendi Pratama, laki-laki bertubuh jangkung yang memiliki gigi gingsul dan kumis tipis, seorang pemain futsal yang sangat handal di sekolahnya.
"Apaan?" Jawab Fendi
menghentikan langkahnya dan berbalik tubuh menghadap ke arah Lista.
"Lo ganteng deh hari ini," kata Lista sok manis.
"Lo ganteng deh hari ini," kata Lista sok manis.
"Lo pasti mau nebeng
kan?" Tebak Fendi sambil mengacak pelan rambut Lista.
"Tahu aja, lo emang pacar
gue yang paling pengertian, hehe," jawab Lista sambil cengar-cengir.
"Ya iyalah, yaudah ayok," ajak Fendi yang mulai menggenggam tangan Lista.
"Ya iyalah, yaudah ayok," ajak Fendi yang mulai menggenggam tangan Lista.
•••
Sesampainya di rumah Lista, Fendi langsung pamit untuk pulang karena takut kesorean.
"Lis, gue langsung pulang
aja ya, jangan lupa pamitin sama bokap nyokap lo," kata Fendi sambil
memakai helm nya.
"Iya iya, bawel lo,"
jawab Lista yang langsung menutup pagar rumahnya.
Setelah itu, Fendi langsung
beranjak pergi meninggalkan pekarangan rumah Lista.
•••
<Mdbstr?❤>
Malam sayang :3
<Lista Slsbl>
Tumben lo panggil sayang, pasti ada maunya yakan :p
<Mdbstr?❤ >
Apaan sih, gak baik tau suudzon sama pacar sendiri.
<Lista Slsbl>
Gausah sok-sok an deh, gue gampar juga lo :v
<Mdbstr?❤ >
Yaudah deh iya, punya pacar kok gabisa diajak romantis gini -,-
<Lista Slsbl>
Hehe, biarin 😂
<Mdbstr?❤ >
Lis, tadi ada yang kirimin aku surat cinta, tapi gak tahu siapa yang
kirim, di taruh gitu aja di loker ku.
<Lista Slsbl>
Yaudah, lo bales aja, kasian kan kalo lo gak respon.
<Mdbstr?❤ >
Gak mau, gue cuma sayang sama lo, dan gue bakal buktiin ke elo kalo
gue gak bakal ninggalin lo, kecuali lo yang suruh.
<Lista Slsbl>
Fen, denger ya, dari dulu sampai sekarang, gue gak pernah ngelarang lo
deket sama siapa aja, gue bebasin lo, asal jangan kelewat batas. Tapi lo gak
pernah manfaatin kebebasan itu, lo justru malah ngekang diri lo sendiri, lo gak
pernah berteman sama perempuan lain selain gue ketika kita mulai pacaran, dan
gue rasa itu terlalu berlebihan Fen, gue gak mau kalo lo kayak gitu.
<Mdbstr?❤ >
Gue tahu lo gak ngekang gue, dan ini itu emang udah keputusan gue buat
jauhin perempuan lain kecuali lo, karena gue pengen jaga perasaan lo, kenapa lo
ga pernah hargai sih Lis?
<Lista Slsbl>
Tapi cara lo salah Fen
<Mdbstr?❤ >
Terserah lo Lis, gue capek mau tidur.
Setelah itu, Lista memutuskan untuk tidak membalas pesan dari Fendi,
karena jika dibalas, maka akan semakin panjang perdebatan diantara mereka.
•••
Pagi ini, Lista berangkat ke sekolah sendirian tanpa Fendi.
Lista tidak ingin mengganggu Fendi untuk sementara waktu ini. Ia ingin membebaskan Fendi agar dapat bersosialisasi dengan sekitarnya.
"Lis! Lo kok berangkat sendiri sih? Fendi mana?" Tanya Mila sahabat Lista sambil menepuk pundak Lista pelan dari belakang saat ia sedang melewati koridor.
Mila Dwina adalah sahabat Lista sejak SMP, dia memiliki rambut panjang dan tipis berwarna coklat, wajahnya sangat mulus tiada jerawat sama sekali, tubuhnya juga ideal karena dia seorang atlet bela diri taekwondo.
Tapi pertanyaan Mila tidak digagas sama sekali oleh Lista.
"Lo lagi berantem sama Fendi ya Lis? Kenapa?" Tanya Mila kembali, tetapi tetap tak ada balasan apapun dari Lista.
"Yaudah deh kalo lo gak mau jawab, gue duluan ya!" Kata Mila kemudian berlari menuju kantin.
•••
Saat di kelas, Lista sangat tidak konsen pada pelajarannya hari ini, entah mengapa ia menjadi sangat memikirkan Fendi.
Beberapa menit kemudian, bel istirahat berbunyi dan Lista langsung cepat-cepat keluar kelas untuk menemui Fendi agar rasa rindu nya hilang.
Tapi tidak seperti yang diharapkannya, Fendi ternyata tengah duduk sambil merangkul perempuan lain, membelakanginya di taman dan di bangku tempat biasanya mereka pakai.
Sakit rasanya. Dulu Lista sangat ingin membebaskan Fendi dekat dengan siapa saja, tapi mengapa sekarang saat Fendi dekat dengan wanita lain, dia justru sangat cemburu?
Perasaan orang memang dengan mudah berubah-ubah, sama juga dengan perasaan Lista yang awalnya ingin membebaskan Fendi, menjadi ingin mengekang Fendi. Kemudian Lista berlari meninggalkan taman dan memutuskan untuk membicarakan itu nanti.
•••
Sepulang sekolah, Lista langsung berlari menuju ke parkiran untuk menemui Fendi.
Sepulang sekolah, Lista langsung berlari menuju ke parkiran untuk menemui Fendi.
Sesampainya di parkiran, dilihatnya Fendi yang telah menghidupkan mesin motornya dan hendak menjalankannya.
Tetapi Lista tidak tinggal diam, dia langsung berlari mendekat lebih cepat, dan mencoba berteriak memanggil nama Fendi.
"Fen! Fendi! Tunggu!!!"
Teriak Lista ketika ia telah dekat dengan keberadaan Fendi.
Melihat gadisnya yang tengah
berlari ke arahnya sambil memanggil-manggil namanya, Fendi langsung mematikan
mesin motornya.
"Ada apa?" Tanya Fendi
seraya melepas helm dikepalanya.
"Turun dulu, gue mau bicara
sama lo," kata Lista sambil menarik-narik tangan Fendi.
"Iya-iya sabar, gue turun
dulu," jawab Fendi sembari turun dari motornya dan mengikuti tarikan Lista
pada tangannya.
Ternyata Lista mengajak Fendi ke
taman belakang, kemudian mereka duduk di salah bangku taman, dan Lista mulai
membicarakan sesuatu.
"Makasih ya Fen," ujar
Lista yang masih menggenggam tangan Fendi.
"Makasih buat apa Lis?"
Tanya Fendi yang masih sangat bingung dengan ucapan Lista.
"Lo udah turutin perkataan
gue, lo udah bersosialisasi sama sekitar lo, termasuk sama perempuan
lain," kata Lista sambil mengukir senyum yang terlihat dipaksakan.
"Ck, lo pasti salah paham
nih Lis. Dengerin gue ya, lo tahu nggak siapa perempuan yang kirimin gue surat
kemarin? Tadi pagi, saat gue buka loker, 7 surat udah ada didalem, dan didalem
surat itu, si penulis ngajak gue buat ketemu di taman waktu istirahat, gue
sempet bimbang dan males, tapi akhirnya waktu istirahat gue nyusul si penulis
kesana, pikir gue kan biar lo seneng gue bisa sosialisasi sama perempuan lain,
eh tapi nyatanya lo cemburu kan?" Jelas Fendi panjang lebar sambil terus
menggenggam erat tangan Lista agar ia tak beranjak pergi menghiraukan
penjelasannya.
"Trus perempuan itu
siapa?" Tanya Lista kembali tanpa menghiraukan pertanyaan terakhir Fendi.
"Gue gak mungkin kasih tahu
lo Lis, suatu saat nanti lo bakal tahu sendiri, gue yakin lo pasti kenal deket
sama dia," ujar Fendi.
"Gue minta lo bersikap
seperti ini terus sama dia Fen, setidaknya lo respon dia dikit," pinta
Lista dengan tatapan yang sesungguhnya tidak ikhlas.
"Gue bakal nglakuin apa yang
lo minta, walaupun itu akan menyakitkan untuk kita berdua," jawab Fendi
"Yaudah yuk, kita pulang. Lo
naik angkot kan? Gue anterin sampe rumah ya?" Lanjut Fendi sembari berdiri
dari tempat duduknya dan tetap menggenggam tangan Lista kemudian mereka
berjalan beriringan.
•••
Keesokan harinya, Lista tetap berangkat sekolah sendirian, dia mencoba hidup tanpa Fendi, walaupun rasanya itu akan sepi. Saat Lista tengah menuju ke koridor, ia melewati parkiran dan tidak sengaja dilihatnya Fendi yang berangkat bersama dengan perempuan kemarin. Sial, perempuan itu membelakangi Lista, jadi Lista tak tahu siapa perempuan itu. Tapi, Lista seperti mengenali ciri-ciri perempuan tersebut, kemudian Lista membuang pikiran negatif nya itu jauh-jauh.
Saat istirahat, Lista tak melihat Fendi yang berkeliaran di depan kelasnya. Akhirnya Lista memutuskan untuk pergi ke kantin sendirian karena Mila entah pergi kemana. Saat di kantin, Lista sempat melihat meja yang di duduki oleh Fendi dan perempuan itu kemudian tiga perempuan lainnya.
Keesokan harinya, Lista tetap berangkat sekolah sendirian, dia mencoba hidup tanpa Fendi, walaupun rasanya itu akan sepi. Saat Lista tengah menuju ke koridor, ia melewati parkiran dan tidak sengaja dilihatnya Fendi yang berangkat bersama dengan perempuan kemarin. Sial, perempuan itu membelakangi Lista, jadi Lista tak tahu siapa perempuan itu. Tapi, Lista seperti mengenali ciri-ciri perempuan tersebut, kemudian Lista membuang pikiran negatif nya itu jauh-jauh.
Saat istirahat, Lista tak melihat Fendi yang berkeliaran di depan kelasnya. Akhirnya Lista memutuskan untuk pergi ke kantin sendirian karena Mila entah pergi kemana. Saat di kantin, Lista sempat melihat meja yang di duduki oleh Fendi dan perempuan itu kemudian tiga perempuan lainnya.
"Bagus kalo lo udah bisa
bersosialisasi sama orang lain Fen, gue gak mau terlalu ngekang lo dan orang
lain memandang gue yang bukan-bukan, walaupun pada akhirnya hati gue akan sakit
kek gini," ujar Lista lirih sembari beranjak pergi dari tempatnya karena
sudah tidak mood untuk makan di kantin.
Setelah itu, Lista langsung menuju
ke perpustakaan. Perpustakaan adalah tempat favorit Lista untuk merenung dan
menyediri. Entah mengapa rasanya hati Lista sangat tenang ketika berada di
perpustakaan.
"Eh, btw Mila kok lama
banget ya gak nyamperin gue. Kayaknya ada yang beda deh dari dia, setiap Fendi
lagi sama perempuan itu, Mila selalu gak ada, tapi saat Fendi lagi sama gue,
Mila selalu ada. Lagian perempuan itu ciri-ciri nya mirip banget sama Mila, eh
tapi masa' sih Mila tega ngerebut pacar sahabatnya sendiri? Ah udahlah, gue kok
malah suudzon sih sama sahabat gue sendiri," ujar Lista lirih kemudian
melanjutkan kegiatannya mencari novel kesukaannya kembali.
•••
Bel masuk telah berbunyi, Lista langsung bergegas kembali ke kelas. Sesampainya di kelas, Lista tak melihat Mila ada di bangkunya.
Bel masuk telah berbunyi, Lista langsung bergegas kembali ke kelas. Sesampainya di kelas, Lista tak melihat Mila ada di bangkunya.
Kemudian tak sengaja, tatapan
matanya beralih ke ambang pintu dan dilihatnya Fendi yang tengah berbicara
dengan seseorang, saat itu juga Mila langsung masuk kedalam kelas.
"Apa jangan-jangan dugaan
gue bener tentang Mila? Perempuan itu adalah Mila?" Batin Lista dalam hati
sambil menatap Mila sendu.
"Mil, lo darimana aja? Gue
dari tadi nungguin lo, tapi lo gak nongol-nongol," tanya Lista yang
mencoba memancing Mila.
"Eh-, nganuuu, tadi gue ada
tugas dari guru disuruh ke kantor," jawab Mila dengan gugup.
"Tapi kok bisa bareng sama
Fendi sih?" Tanya Lista lagi yang mulai bertambah curiga kepada Mila.
"H-haa? Fendi? A-apaan sih
lo Lis, mana ada gue sama Fendi, kan gue baru masuk, dan tadi kebetulan gue
masuk waktu Fendi lagi di depan kelas kita, lo mulai berpikiran yang aneh-aneh
tentang gue ya?" Jawab Mila yang mencoba menenangkan sahabatnya itu.
"Udah ah abaikan aja,"
kata Lista mencoba mengganti topik pembicaraan agar masalahnya tak bertambah
Udah ah abaikan aja," kata
Lista mencoba mengganti topik pembicaraan agar masalahnya tak bertambah rumit.
•••
Hari demi hari dilewati Lista dengan rasa sepi. Beberapa minggu ini, Fendi sama sekali tidak memberi kabar kepada Lista atau hanya sekedar berbasa-basi. Sekarang mereka seperti orang yang tidak saling mengenal. Fendi sibuk dengan dunia nya sekarang, ia lebih banyak teman dan fans tentunya. Hal itu membuat Lista menjadi merasa cemburu dan merasa sangat kehilangan Fendi.
Hari demi hari dilewati Lista dengan rasa sepi. Beberapa minggu ini, Fendi sama sekali tidak memberi kabar kepada Lista atau hanya sekedar berbasa-basi. Sekarang mereka seperti orang yang tidak saling mengenal. Fendi sibuk dengan dunia nya sekarang, ia lebih banyak teman dan fans tentunya. Hal itu membuat Lista menjadi merasa cemburu dan merasa sangat kehilangan Fendi.
Lista berjalan melewati koridor
dengan tatapan kosong, kemudian tak sengaja Fendi dan perempuan itu berjalan
berbanding arah dengan Lista. Tapi mereka tak melihat kehadiran Lista di
sampingnya, karena saking bahagia nya mereka bersenda gurau. Tak sengaja Lista
melihat wajah perempuan itu. Ternyata perempuan itu adalah Mila. Dugaan Lista
selama ini benar, tidak meleset sedikit pun.
Rasa kecewa dan emosi menghantui
batin Lista. Lista tak habis pikir bahwa sahabatnya tega merebut pacarnya
sendiri. Tapi Lista mencoba ikhlas dan membiarkan mereka jatuh cinta, walaupun
ia harus mengkorbankan perasaannya sendiri.
Sesampainya di kelas, Lista
langsung duduk di bangkunya menunggu kedatangan Mila. Beberapa menit kemudian,
Mila masuk ke dalam kelas dengan wajah yang sangat gembira. Seketika Lista
langsung menarik tangan Mila dan membawa nya ke taman belakang sekolah yang
sepi.
"Gue mau ngomong serius sama lo Mil," kata Lista dengan tatapan serius nya yang dicampur dengan tatapan sendu.
"Gue mau ngomong serius sama lo Mil," kata Lista dengan tatapan serius nya yang dicampur dengan tatapan sendu.
"Ngomong apaan Lis? Kok
kayanya serius gitu?" Tanya Mila sambil mengerutkan dahinya menjelaskan
kalau dia sedang bingung.
"Gue tahu kalo peremuan yang
selama ini dekat sama Fendi itu lo! Dan yang buat gue kecewa, kenapa lo gak
pernah cerita ke gue? Lo malah deket sama Fendi diem-diem tanpa sepengetahuan
gue! Jujur asli gue kecewa sama lo Mil, lo sahabat gue yang gue percaya selama
ini, tapi ternyata lo khianati gue!" Kata Lista panjang lebar sambil
menggoncang-goncangkan tubuh Mila.
"Lo salah paham Lis! Gue
sama-" perkataan Mila terpotong saat Fendi tiba-tiba datang diantara
mereka.
"Dia gak salah Lis,"
kata Fendi lembut diiringi genggaman tangannya di tangan Lista.
"Tapi maaf, lebih baik
hubungan kita sampai disini aja, gue lebih nyaman sama Mila, dia bisa ngertiin
gue, dan dia gak terlalu ngaturin hidup gue. Gue sayang sama lo Lis, tapi lo
belum bisa menyempurnakan hidup gue, maafin gue," kata Fendi sembari
melepaskan genggamannya pada tangan Lista.
"Gue terima alasan lo Fen.
Gue belajar arti sebuah kesetiaan dari pengkhianatan lo, gue belajar arti
kejujuran dan kebohongan lo, gue belajar arti kasih sayang tulus dari
fatamorgana cinta lo, dan gue belajar arti sebuah senyum dari luka yang lo
goreskan buat gue. Biar gue yang tersakiti disini, karena gue tahu, gue gak
punya hati buat menyakiti hati orang yang gue cinta. Suatu saat nanti, lo bakal
tahu arti dari sebuah cinta sejati, meski bukan gue yang mengajari, tapi lo
bakal tersadar saat gue udah gak bersama lo." Kata Lista panjang lebar
kemudian menitikkan air matanya dan pergi meninggalkan mereka berdua.
Saat itu pula, hubungan diantara
Lista dan Fendi menjadi sangat renggang, walaupun sesekali mereka saling
menyapa, tapi mereka seperti orang biasa yang tak saling kenal.
•••
"Kehilanganmu sudah berhasil membuatku mencintai kesepian melebihi kesepian
itu sendiri. Sekian hari terlewat, tiap untai doa terbisik pada Tuhan, Malaikat
melihat, sungguh ku yakin kamu sadar, kamu rasa, bahwa aku pernah, dan masih
menginginkanmu sebegitu dalamnya. Tapi kusadar dan kutahu, saat ku sendiri
disini memikirkanmu, mengenangmu, tapi disana kau tak pernah ingat akan diriku.
Bahkan mungkin kau sedang asik bersama gadis barumu. Di setiap sujudku selalu
berdoa untukmu, tapi disana kau mendoakan gadis yang kau cintai, dan ternyata
mengingat tentangmu sama hal nya mengeja luka A sampai Z."
Curahan hati itu ditulis Lista di
buku diarynya.
Kesekian kali Lista telah
menitikkan air matanya dan mencoba mengikhlaskan kepergian Fendi kembali.
0 komentar:
Posting Komentar