a. Menjelaskan sesuatu yang sudah jelas
Perhatikan potongan dialog berikut.
“Asti.”
Gadis berkerudung
itu langsung menolehkan kepala begitu
mendengar seseorang memanggil namanya.
Kalimat yang
efektif dan efisien serta selektif adalah kalimat yang tidak perlu menjelaskan sesuatu yang sudah jelasseperti menolehkan
kepala. Meski gaya seperti ini kadang masih dibenarkan dalam fiksi untuk
konteks penekanan atau hal lain namun jika penggunaannya berlebihan akan
membuat tulisan menjadi aneh.
Untuk menghindari terjadi hal seperti
ini, penulis cukup menghilangkan kaata yang dirasa tidak efektif, yaitu kata “kepala”. Perhatikan contoh
berikut dan lihat perbandingannya.
“Asti.”
Gadis
berkerudung itu langsung menoleh begitu mendengar seseorang memanggil namanya.
Lebih baik bukan?
b. Mengulang
keterangan yang sudah diterangkan.
Dalam hal ini penulis terlalu banyak
menerangkan suatu kejadian dalam cerita sehingga membuat kalimat dalam cerita
terkesan kurang efektif. Perhatikan contoh berikut:
Sesosok
lelaki sipit berwajah oval berjalan mendekat dan memberi salam, “Assalamualaikum.”
Asti pun menjawab salamnya, “Waalaikumsalam Fambi.
Ada apa?”
Sudah jelas bukan di mana kekurangannya?
Untuk memperbaikinya,penulis harus memilih apakah ingin menjelaskan dialog atau
dalam narasi, karena tidak perlu keduanya. Berikut contoh yang sudah
diperbaiki:
Sesosok lelaki
sipit berwajah oval berjalan mendekat dan memberi salam “Waalaikumsalam
Fambi. Ada apa?”
C.
Menjamakkan yang sudah jamak.
Dalam hal ini penulis menggunakan kata
yang memiliki arti “banyak” lebih dari satu sehingga membuat kalimat dalam
cerita terkesan kurang efektif. Perhatikan contoh berikut:
Fambi
tak langsung menjawab, ia membuka tas dengan banyak
buku-buku yang memenuhinya kemudian menyerahkan secarik kertas pada
teman perempuannya itu
Menjamakkan
yang sudah jamak juga salah
satu bentuk ketidakefektifan kalimat yang sering dilakukan penulis pemula yang
terkesan tidak mengeti tata bahasa. Kata banyak buku-buku pada
narasi di atas menjadi contoh riil dalam serangan dosa ini. Untuk memperbaikinya, kita cukup menghilangkan kata “banyak”. Lihat contoh
berikut:
Fambi
tak langsung menjawab, ia membuka tas dengan buku-buku yang memenuhinya
kemudian menyerahkan secarik kertas pada teman perempuannya itu
Sudah lebih
baik bukan?
D.
Berlebihan dalam memberi tekanan.
seraya
berkata, “Sangat amat banyak terima kasih.
Catatan ini sungguh sangat membantuku.
Mau pulang bareng?
Sudah
melihat contoh di atas? Penggunaan sangat, amat, sungguh sudah menunjukkan
kekuatan dalam suatu kalimat dan jika ditambah lagi malah tampak berlebihan dalam memberi tekanan. Dalam budaya
lisan boleh saja dipakai karena masih mungkin masuk di dialog sebagai bagian
karakter tokoh, namun jika dipakai dalam narasi atau deskripsi akan terlihat
berlebihan dan tidak efektif. Coba perhatikan contoh berikutnya yang
sudah diperbaiki:
seraya berkata,
“Terima kasih banyak. Catatan ini sangat membantuku. Mau pulang bareng?
Beda kan??
E. Ketidak
selektifan dan bertele-tele
Coba
lihat contoh berikut:
Di bawah langit
sore pukul empat sepulang sekolah itu, mereka berjalan bersama meninggalkan
sekolah mereka.
Di bawah langit
sore pukul empat sepulang sekolah itu, mereka berjalan bersama meninggalkan
sekolah mereka.Ketidak
selektifan cara penulis
dalam mendeskripsikan suatu keadaan dalam cerita mengakibatkan hasil tulisan
jadi bertele-tele dan terkesan
dipanjang-panjangkan.
Sekarang perhatikan contoh berikut:
Di bawah langit
sore itu, mereka berjalan bersama meninggalkan sekolah.
Simpel kan? hehe
0 komentar:
Posting Komentar